Selasa, 25 Maret 2014

IT GOVERNANCE

Apa itu IT Governance ?

IT Governance merupakan struktur dari hubungan dan proses yang mengarahkan dan mengatur organisasi dalam rangka mencapai tujuannya dengan memberikan nilai tambah dari pemanfaatan teknologi informasi serta menyeimbangkan resiko dibandingkan dengan hasil yang diberikan oleh teknologi informasi dan prosesnya.
“Governance” merupakan turunan dari kata “government”, yang artinya membuat kebijakan (policies) yang sejalan/selaras dengan keinginan/aspirasi masyarakat atau kontituen (Handler & Lobba, 2005). Sedangkan penggunaan pengertian “governance” terhadap Teknologi Informasi (IT Governance) maksudnya adalah, penerapan kebijakan TI di dalam organisasi agar pemakaian TI (berikut pengadaan dan pelayanannya) diarahkan sesuai dengan tujuan organisasi tersebut.
Menurut Sambamurthy and Zmud (1999), IT Governance dimaksudkan sebagai pola dari otoritas/kebijakan terhadap aktivitas TI (IT Process). Pola ini diantaranya adalah: membangun kebijakan dan pengelolaan IT Infrastructure, penggunaan TI oleh end-user secara efisien, efektif dan aman, serta proses IT Project Management yang efektif.

Sedangkan Oltsik (2003) mendefinisikan IT Governance sebagai kumpulan kebijakan, proses/aktivitas dan prosedur untuk mendukung pengoperasian TI agar hasilnya sejalan dengan strategi bisnis (strategi organisasi). Ruang lingkup IT Governance di perusahaan skala besar biasanya mencakup hal-hal yang berkaitan dengan Change Management, Problem Management, Release Management, Availability Management dan bahkan Service-Level Management.


Dari beberapa definisi IT Governance tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dibangunnya IT Governance intinya yakni menyelaraskan IT Resources dengan strategi organisasi (agar menjadi enabler). Untuk mewujudkan IT Governance dalam suatu organisasi, maka suatu organisasi harus membangun struktur yang dinamakan dengan IT Governance Framework, untuk polanya sebagai dapat dilihat pada gambar berikut:

 


Berdasarkan struktur IT Governance seperti inilah maka semua sistem informasi yang ada di perusahaan (Sistem Informasi Bisnis) dapat diarahkan agar sejalan dan mendukung strategi organisasi.
Dengan adanya IT Govenance (Tata Kelola TI yang baik) yang berjalan di dalam suatu organisasi perusahaan tersebut, maka puluhan IT Process (IT Activities) yang dijalankan dapat berjalan secara sistematis, terkendali dan efektif. Bahkan dengan sendirinya dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan daya saing. Output dan outcome dari IT Governance yang baik tersebut hanya dapat dicapai jika tata kelola tersebut dikembangkan dengan menggunakan IT Framework berstandar internasional, misalnya dengan mengimplementasikan COBIT, IT-IL Management, COSO, ISO IT Security dan sebagainya.



 
Pemangku Kepentingan dalam IT Governance
 
1.       Board and Executive : Menentukan arah pada TI, memantau hasil dan memastikan ketepatan implementasi.
 
2.       Business Management : Menguraikan kebutuhan – kebutuhan bisnis untuk  TI dan memastikan nilai – nilai tersebut dikirimkan dan resik terkelola.
 
3.       IT Management : memberikan dan meningkakan pelayanan TI seperti yang dibutuhkan pada bisnis.
 
4.       IT Audit : menyediakan kepastian yang independen untuk mendemonstrasikan bahwa TI menyediakan apa yang diperlukan.
 
5.       Risk dan Compliance : mengukur kepatuhan pada aturan – aturan dan fokus pada resiko yang mungkin muncul 
 
Area Fokus IT Governance
 
  • Business Alignment; fokus pada penyelarasan antara teknologi informasi dengan tujuan/visi/misi bisnis dari perusahaan/institusi
  • Value Delivery; fokus pada usaha untuk memastikan benefit IT bagi (bisnis) perusahaan/institusi, optimisasi biaya dan merealisasikan kontribusi/nilai dari teknologi informasi bagi perusahaan/institusi.
  • Resource Management; fokus pada pengelolaan sumber daya teknologi informasi termasuk sumber daya manusianya.
  • Risk Management; fokus pada pengelolaan risiko yang melekat ataupun timbul akibat penggunaan teknologi informasi oleh perusahaan/institusi.
  • Performance Management; fokus pada pengelolaan kinerja teknologi informasi.
 
Langkah-langkah Menerapkan IT Governance
  • Adanya komitmen dari top management
  • Menyediakan SDM
  • Mengadakan pelatihan
  • Memasarkan value proposition and benefit dari IT Governance
  • Mengembangkan kerangka kerja dan pemetaan proyek tata kelola IT berdasarkan best practices
  • Menilai tingkat kematangan IT Governance eksisting
  • Mengembangkan rancangan IT Governance untuk masa mendatang.
  • Menguraikan komponen tata kelola TI
  • Mengembangkan perencanaan aksi tata kelola IT
  • Mensponsori perbaikan kualitas sertifikasi perusahaan dan individu
  • Mengidentifikasi teknologi yang tersedia untuk mendukung tata kelola IT
  • Menyediakan akses “webportal” kebijakan IT Governance, proses, informasi, komunikasi dan menyediakan dukungan
  • Memasarkan dan mengkomunikasikan IT Value proposition
  • Merencanakan bagaimana memepertahankan tata kelola IT agar berkembang
 
 Sumber :
  McLeod R & Schell GP. 2008. Sistem Informasi Manajemen, Edisi 10, Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2013/09/21/apa-tata-kelola-teknologi-informasi-it-governance-itu--591851.html

 

 

 

Control Objective for Information and Related Technology (COBIT)


Control Objective for Information and Related Technology (COBIT)



Bagi yang belum mengetahui COBIT, pasti bertanya-tanya apa pengertian dari COBIT ? Jadi di tulisan ini saya akan menjelaskan sedikit mengenai COBIT. Jadi Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT) dapat definisikan sebagai alat pengendalian untuk informasi dan teknologi terkait dan merupakan standar terbuka untuk pengendalian terhadap teknologi informasi yang dikembangkan oleh Information System Audit and Control Association (ISACA) melalui lembaga yang dibentuknya yaitu Information and Technology Governance Institute (ITGI) pada tahun 1992.

Secara terstruktur, COBIT terdiri dari seperangkat control objectives untuk bidang teknologi informasi, dirancang untuk memungkinkan tahapan bagi audit. Menurut IT Governance Institute, COBIT adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen and pengguna (user) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis dalam perusahaan. COBIT memungkinkan kebijakan pembangunan yang jelas dan baik untuk seluruh organisasi kontrol TI. COBIT menekankan peraturan, membantu organisasi untuk meningkatkan nilai dicapai dari TI, dan memungkinkan pengaturan dan penyederhanaan pelaksanaan pada kerangka COBIT.

Siapa saja yang menggunakan COBIT? COBIT digunakan secara umum oleh mereka yang memiliki tanggung jawab utama dalam alur proses organisasi, mereka yang organisasinya sangat bergantung pada kualitas,kehandalan dan penguasaan teknologi informasi.

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain :

1.       Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Domain ini mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang bagaimana TI dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang baik pula.

2.       Pengadaan dan implementasi (Acquirw and implement)

Untuk mewujudkan strategi TI, solusi TI perlu diidentifikasi, dibangun atau diperoleh dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses bisnis.

3.       Pengantaran dan dukungan (Deliver and Support)

Domain ini berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan, yang terdiri dari operasi pada security dan aspek kesinambungan bisnis sampai dengan pengadaan training.

4.       Pengawasan dan evaluasi (Monitor and Evaluate)

Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.

Sejarah Perkembangan COBIT
Standar Cobit ini terus berkembang seiring waktu dikarenakan ISACA terus melakukan improvement terhadap standar COBIT. Perubahan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Berikut adalah sedikit penjelasan dari gambar di atas mengenai perkembangan COBIT :
  • Framework Audit dan ramewo IT ( COBIT dan COBIT 2, fokus pada tujuan pengendalian).
  • Framework manajemen IT (COBIT 3, adanya penambahan untuk pedoman pengelolaan dari ramework sebelumnya).
  • Framwork tata kelola IT (COBIT 4.0 dan COBIT 4.1. penambahan tata kelola dan proses  pemenuhan didalamnya dan proses assurance dihilangkan).
Terdapat beberapa perbedaan antara COBIT  4.1 dan COBIT 5, diantaranya : 

  • COBIT 5 merupakan prinsip baru dalam tata kelola TI untuk organisasi, Governance of Enterprise IT (GEIT) dan lebih mudah untuk dipahami dan diterapkan dalam konteks enterprise secara lebih efektif, dibandingkan dengan pendahulunya COBIT 4.1.
  • COBIT 5 memberi penekanan lebih kepada Enabler. Sebenarnya pada COBIT 4.1 juga terdapat enabler, baik secara eksplisit maupun implisit, hanya saja COBIT 4.1 tidak menyebutnya secara spesifik. Sementara COBIT 5 menyebutkan secara spesifik dan ada 7 enabler dalam implementasinya. 
  • COBIT 5 mendefinisikan model referensi proses yang baru dengan tambahan domain governance dan beberapa proses, baik yang sama sekali baru ataupun modifikasi proses lama, serta mencakup aktifitas organisasi secara end-to-end. Selain mengkonsolidasikan COBIT 4.1, Val IT, dan Risk IT dalam sebuah framework, COBIT 5 juga dimutakhirkan untuk menyelaraskan dengan best practices yang ada seperti misalnya ITIL v3 2011 dan TOGAF. 
  • Dalam COBIT 5 terdapat proses-proses baru yang sebelumnya belum ada di COBIT 4.1, serta beberapa modifikasi pada proses-proses yang sudah ada sebelumnya di COBIT 4.1. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa model referensi proses COBIT 5 ini sebenarnya mengintegrasikan konten COBIT 4.1, Risk IT dan Val IT. Sehingga proses-proses pada COBIT 5 ini lebih holistik, lengkap dan mencakup aktifitas bisnis dan IT secara end-to-end.
  • Praktik dan aktifitas tata kelola dan manajemen pada COBIT 5 sebenarnya ekuivalen dengan control objective COBIT 4.1 serta proses-proses pada Val IT dan Risk IT.
  • COBIT 5 menggunakan konsep Goal dan Metrik yang sama dengan COBIT 4.1, Val IT, dan Risk IT. Hanya saja COBIT 5 mengubah namanya menjadi enterprise-goal, IT-related goal dan process goal untuk mencerminkan view secara organisasi.
  • Framework COBIT 5 menyediakan Input dan Output untuk setiap management practice, sementara COBIT 4.1 hanya menyediakan ini pada tingkatan proses saja. Hal ini dapat dijadikan petunjuk tambahan dalam mendesain proses-proses berikut produk kerja yang dihasilkan dan membantu integrasi antar proses-proses yang ada.
Tujuan Pembentukan COBIT

Tujuan diluncurkan COBIT adalah untuk mengembangkan, melakukan riset dan mempublikasikan suatu standar teknologi informasi yang diterima umum dan selalu up to date untuk digunakan dalam kegiatan bisnis sehari-hari. Dengan bahasa lain, COBIT dapat pula dikatakan sebagai sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen and pengguna (user) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis, meningkatkan tingkatan kemapanan proses dalam IT dan memenuhi ekspektasi bisnis dari IT.
Ligkup kriteria informasi dalam COBIT
Lingkup kriteria informasi yang sering menjadi perhatian dalam COBIT adalah
  • Effectiveness : Menitikberatkan pada sejauh mana efektifitas informasi dikelola dari data-data yang diproses oleh sistem informasi yang dibangun.
  • Efficiency : Menitikberatkan pada sejauh mana efisiensi investasi terhadap informasi yang diproses oleh sistem.
  • Confidentiality : Menitikberatkan pada pengelolaan kerahasiaan informasi secara hierarkis
  • Integrity : Menitikberatkan pada integritas data/informasi dalam sistem.
  • Availability : Menitikberatkan pada ketersediaan data/informasi dalam sistem informasi
  • Compliance : Menitikberatkan pada kesesuaian data/informasi dalam sistem informasi
  • Reliability : Menitikberatkan pada kemampuan/ketangguhan sistem informasi dalam pengelolaan data/informasi.

Manfaat Penerapan COBIT

  • Merupakan bahasa umum untuk eksekutif, manajemen, dan staf TI.
  • Pandangan tentang apa yang dilakukan TI & dapat dipahami manajemen.
  • Pemahaman tentang bagaimana bisnis dan TI dapat bekerja sama.
  • Penyelarasan yang lebih baik yang berdasarkan pada fokus organisasi.
  • Kualitas layanan TI yang lebih baik.
  • Peningkatan efisiensi dan optimalisasi biaya.
  • Mengurangi risiko operasional.
  • Manajemen TI yang lebih efektif.
  • Memperjelas pengembangan kebijakan.
  • Memicu lebih banyaknya audit yang efisien dan berhasil.
  • Memperjelas kepemilikan dan tanggung jawab, berdasarkan orientasi proses.


Sumber :
www.isaca.org/cobit/documents/cobit5-compare-with-4.1.ppt
http://cobitindo.blogspot.com/2011/10/sekilas-tentang-control-objective-for.html

CMMI (Capability Maturity Model Integration)


Capability Maturity Model Integration (CMMI) merupakan suatu model pendekatan dalam penilaian skala kematangan dan kemampuan sebuah organisasi perangkat lunak.

CMMI merupakan suatu pendekatan perbaikan proses yang memberikan unsur-unsur penting proses efektif bagi organisasi. Praktik-praktik terbaik CMMI dipublikasikan dalam dokumen-dokumen yang disebut model, yang masing-masing ditujukan untuk berbagai bidang yang berbeda. Bidang CMMI terbagi 2:

  1. Development (pengembangan)
Pada agustus 2006 CMMI ver 1.2 CMMI-DEV (CMMI for Development) yang dirilis pada Agustus 2006 dan ditujukan untuk proses pengembangan produk dan jasa

  1. Acquisition (akusisi)
CMMI-ACQ (CMMI for Acquisition) yang dirilis pada November 2007 dan ditujukan untuk manajemen rantai suplai, akuisisi, serta proses outsourcing di pemerintah dan industri.

Stage-stage dalam CMII


Model CMMI menempatkan organisasi pada lima level proses maturity yang memiliki indikasi kenyamanan dan kualitas produk. Lima level tersebut adalah :
  1. Maturity level 1 – Initialized

Pada ML1 ini proses biasanya berbentuk ad hoc. Sukses pada level ini didasarkan pada kerja keras dan kompetensi yang tinggi orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut atau dapat juga dikatakan perusahaan ini belum menjalankan tujuan dan sasaran  yang telah didefinisikan oleh CMMI.

2. Maturity level 2 – Managed.

Pada ML2 ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan dengan proses-proses yang terjadi saling menyesuaikan diri agar dapat diambil kebijakan. Setiap orang yang berada pada proses ini dapat mengakses sumber daya yang cukup untuk mengerjakan tugas masing-masing. Setiap orang terlibat aktif pada proses yang membutuhkan. Setiap aktivitas dan hasil pekerjaan berupa memonitor, mengontrol, meninjau, serta mengevaluasi untuk menjaga kekonsistenan pada deskripsi yang telah diberikan.

3. Maturity level 3 – Defined.

Pada ML3 ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2 dan Level 3. Proses dicirikan dengan terjadinya penyesuaian dari kumpulan proses standar sebuah organisasi menurut pedoman-pedoman pada organisasi tersebut, menyokong hasil kerja, mengukur, dan proses menambah informasi lain menjadi milik organisasi.

4. Maturity level 4 – Quantitatively Managed.

Pada ML4 ini, sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada pada Level 2, 3, dan 4. Proses yang terjadi dapat terkontrol dan ditambah menggunakan ukuran-ukuran dan taksiran kuantitatif. Sasaran kuantitatif untuk kualitas dan kinerja proses ditetapkan dam digunakan sebagai kreteria dalam manajemen proses.

5.  Maturity level 5 – Optimizing.

Pada ML5 ini suatu organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada di Level 2, 3, 4, dan 5. ML5 fokus kepada peningkatan proses secara berkesinambungan melalui inovasi teknologi.

Perbedaan CMMI dengan ISO

Perbedaan CMMI dan ISO terletak pada ketelitiannya. Bila kita ingin perusahaan kita mendapat sertifikasi ISO, perusahaan kita harus memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang tertulis. Kemudian kita harus membuktikan pada badan sertifikasi bahwa SOP tersebut kita jalankan dengan baik. Apa saja yang kita tulis dalam SOP bebas terserah kita. ISO tidak mengatur sampai ke tingkat itu.

Berbeda dengan CMMI, selain kita punya SOP, dia punya aturan khusus tentang isi SOP. Misalnya, kalau kita melakukan analisa kebutuhan (requirement gathering), ada beberapa aturan yang harus diikuti, misalnya:
  • Pernyataan kebutuhan user harus dicatat
  • Pernyataan kebutuhan harus dikonfirmasi ke user
  • Kebutuhan harus disetujui kedua pihak
  • Kalau ada perubahan, harus dicatat
  • Antara kebutuhan dan software yang dideliver, harus bisa dilacak bolak-balik

Keuntungan CMMI

Beberapa keuntungan yang diperoleh saat perusahaan menerapkan CMMI:
  • Penilaian studi kualitas (assessing) atas proses kematangan (maturity) terkini.
  • Meningkatkan kualitas struktur organisasi dan pemrosesan dengan mengikuti pendekatan best-practice.
  • Digunakan dalam proses uji-kinerja (benchmarking) dengan organisasi lainnya.
  • Meningkatkan produktivitas dan menekan resiko proyek.
  • Menekan resiko dalam pengembangan perangkat lunak.
  • Meningkatkan kepuasan pelanggan.
  • Mempunyai fitur-fitur yang bersifat institusional, yaitu komitmen, kemampuan untuk melakukan sesuatu, analisis dan pengukuran serta verifikasi implementasi.
  • Tersedianya “Road Map” untuk peningkatan lebih lanjut.


Sumber :

 

 

 

TOGAF ( The Open Group Architecture Framework )



TOGAF ( The Open Group Architecture Framework ) merupakan sebuah framework untuk arsitektur enterprise dimana menyediakan pendekatan secara komprehensif untuk mendesain, merencanakan, mengimplementasi dan melakukan kontrol dengan otoritas pada sebuah informasi arsitektur enterprise. Togaf adalah pendekatan secara holistic untuk mendesain, dimana biasanya dimodelkan dengan 4 tingkat :
  • Business Architecture : Mendeskripsikan tentang bagaimana proses untuk mencapai tujuan organisasi.
  • Application Architecture : Pendeskripsian bagaimana aplikasi tertentu didesain dan bagaimana interaksinya dengan aplikasi lainnya.
  • Data Architecture : Penggambaran bagaimana penyimpanan, pengolahan, dan pengaksesan data pada perusahaan.
  • Technical Architecture : Gambaran mengenai infrastruktur hardware dan software yang mendukung aplikasi dan bagaimana interaksinya
Elemen kunci dari TOGAF adalah  Architecture Development Method (ADM) yang memberikan gambaran spesifik untuk proses pengembangan arsitektur enterprise (Lise 2006). ADM adalah fitur penting yang memungkinkan perusahaan mendefinisikan kebutuhan bisnis dan membangun arsitektur spesifik untuk memenuhi kebutuhan itu. ADM terdiri dari tahapan-tahapan yang dibutuhkan dalam membangun arsitektur  enterprise, tahapan-tahapan ADM diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

 
 

 


  1. Preliminary Phase – fase ini mencakup aktivitas persiapan untuk menyusun kapabilitas arsitektur termasuk kustomisasi TOGAF dan mendefinisikan prinsip-prinsip arsitektur. Tujuan fase ini  adalah untuk menyakinkan setiap orang yang terlibat di dalamnya bahwa pendekatan ini untuk mensukseskan proses arsitektur.
  2. Phase A: Architecture Vision – fase ini merupakan fase inisiasi dari siklus pengembangan arsitektur yang mencakup pendefinisian ruang lingkup, identifikasi stakeholders, penyusunan visi arsitektur, dan pengajuan persetujuan untuk memulai pengembangan arsitektur.
  3. Phase B: Business Architecture – fase ini mencakup pengembangan arsitektur bisnis untuk mendukung visi arsitektur yang telah disepakati. Pada tahap ini tools  dan  method  umum untuk pemodelan seperti:  Integration DEFinition (IDEF) dan  Unified Modeling Language  (UML) bisa digunakan untuk membangun model yang diperlukan.
  4. Phase C: Information Systems Architectures – Pada tahapan ini lebih menekankan pada aktivitas bagaimana arsitektur sistem informasi dikembangkan. Pendefinisian arsitektur sistem informasi dalam tahapan ini meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh organisasi. Arsitektur data lebih memfokuskan pada bagaimana data digunakan untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan. Teknik yang bisa digunakan dengan yaitu:  ER-Diagram,  Class Diagram, dan  Object Diagram.
  5. Phase D: Technology Architecture –Membangun arsitektur teknologi yang diinginkan, dimulai dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan dengan menggunakan  Technology Portfolio Catalog yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras. Dalam tahapan ini juga mempertimbangkan alternatif-alternatif yang diperlukan dalam pemilihan teknologi.
  6. Phase E: Opportunities and Solutions –  Pada tahap ini akan dievaluasi model yang telah dibangun untuk arsitektur saat ini dan tujuan, indentifikasi proyek utama yang akan dilaksanakan untuk mengimplementasikan arsitektur tujuan dan klasifikasikan sebagai pengembangan baru atau penggunaan kembali sistem yang  sudah ada. Pada fase ini juga akan direview gap analysis yang sudah dilaksanakan pada fase D.
  7. Phase F: Migration and Planning – Pada fase ini akan dilakukan analisis resiko dan biaya. Tujuan dari fase ini adalah untuk memilih proyek implementasi yang bervariasi menjadi urutan prioritas. Aktivitas mencakup penafsiran ketergantungan, biaya, manfaat dari proyek migrasi yang bervariasi. Daftar  prioritas proyek akan berjalan untuk membentuk dasar dari perencanaan implementasi detail dan rencana migrasi.
  8. Phase G: Implementation Governance – fase ini mencakup pengawasan terhadap implementasi arsitektur.
  9. Phase H: Architecture Change Management – fase ini mencakup penyusunan prosedur-prosedur untuk mengelola perubahan ke arsitektur yang baru.  Pada fase ini akan diuraikan  penggerak perubahan dan bagaimana memanajemen perubahan tersebut, dari pemeliharaan sederhana sampai perancangan kembali arsitektur.
  10. Requirements Management – menguji proses pengelolaan architecture requirements sepanjang siklus ADM berlangsung
 
Sumber :

 

 

Sistem Informasi Manajemen (SIM)


Halo kawan, setelah sekian lama tidak membuat tulisan, kini akhirnya saya datang dan muncul kembali untuk berbagi tulisan mengenai Sistem Informasi Manajemen. Tulisan ini dibuat karena untuk menerapkan memenuhi tugas mata kuliah SIM serta sebagai catatan hasil pembelajaran yang didapat selama perkuliahan SIM berlangsung. Berikut adalah sedikit teori mengenai Sistem Informasi Manajemen :

Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Secara teoritis pengertian dari Sistem Informasi Manajemen adalah sebagai berikut :
  • Sistem yaitu kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama yang lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan.
  • Informasi yaitu hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan oleh orang untuk menambah pemahaman terhadap fakta-fakta yang ada.
  • Manajeman yaitu sebuah proses pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan secara efektif dan efisien.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurut O’Brien (2002) dikatakan bahwa SIM adalah suatu sistem terpadu yang menyediakan informasi untuk mendukung kegiatan operasional, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari suatu organisasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan manajemen (Wikipedia, 2010).

 
Tujuan SIM, yaitu:
  • Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
  • Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
  • Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
 Menurut O’brien (2010) SIM merupakan kombinasi yang teratur antara people, hardware, software, communication network dan data resources. Kelima unsur tadi disebut komponen sistem informasi yang mengumpulkan, merubah dan menyebarkan informasi dalam organisasi. Komponen-komponen sistem informasi dapat dilihat pada gambar 1 :

 

Gambar 1.  Komponen Sistem Informasi. Sumber: (O’Brien,2010)

Menurut O’Brien (2005), terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu:
  • Mendukung proses bisnis dan operasional
  • Mendukung pengambilan keputusan
  • Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif

 

Gambar 2. Tiga Peran Utama Sistem Informasi. Sumber: (O’Brien, 2010)

Menurut O’Brien (2005), secara konsep aplikasi sistem informasi yang diimplementasikan dalam dunia bisnis saat ini dapat diklasifikasikan sebagai sistem informasi operasi atau manajemen seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.



Gambar 3. Jenis Sistem Informasi
Referensi :
http://idyncoupiez.blogspot.com/2013/04/management-information-sistem-mis.html
http://chiez.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/12/27/implementasi-sistem-informasi-untuk-menunjang-kegiatan-strategis-perusahaan/

Minggu, 19 Mei 2013

Instalasi ArcGIS 9.3


ArcGIS merupakan sebuah software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research Institute). 
Untuk instalasi software ini sendiri memerlukan langkah-langkah yang lumayan "panjang" Berikut adalah saya berikan langkah-langkah untuk menginstall ArcGIS, perlu diperhatikan jangan sampai ada yang terlewat :
  1. Buka “Crack” file
  2. Buka folder “License_server_Setup”
  3. Klik 2x “Lmsetup.exe”
  4. Maka akan muncul layar instal ArcGIS License Manager
  5. Pilih yg paling atas, lalu Browse the input box
  6. Pilih “37102011.EFL9? dari folder Crack/License_server_Setup)
  7. Klik Next
  8. Jangan restart dulu komputernya
  9. Copy semua file dari folder “license_server_crack:Arc_Info9.lic, ARCGIS.EXE, lmgrd.exe, lmtools.exe, dan lmutil.exe”ke C:Program files (x86)/ESRI/License/arcgis9x (replace semuanya)
  10. Restart komputer sekarang
  11. Copy dan Paste file “37102011.EFL9? ke tempat lain (BAGUSNYA TARUH DI FOLDER CRACK) kemudian rename menjadi “license.lic”
  12. Buka file “license.lic” dengan notepad kemudian edit
  13. Replace the server name “this_host” dengan computer name kita (nama komputer yang sedang diinstal)
  14. kemudian di Save
  15. Copy and Paste “license.lic” ke Program files (x86)/ESRI/License/arcgis9x
  16. Sekarang klik 2x “lmtools.exe” pada folder seperti no.15 atau bisa melalui All Programs/ArcGis/License Manager (9.x)/License Manager Tools
  17. maka akan muncul layar “LMTOOLS by acresso Software Inc.”
  18. Pada tab “Service/License File pilih “Configuration Using Services”
  19. Pilih tab “Config Services”
  20. Pada service name muncul ” ArcGIS License Manager”
  21. Pada “Path to the lmgrd.exe file” browse ke C:/program files(x86)/ESRI/License/arcgis9x /lmgrd.exe
  22. Pada “Path to license file” browse ke C:/program files (x86)/ESRI/License/arcgis9x /license.lic
  23. Pada “Path to debug log file” browse ke C:/program files (x86)/ESRI/License/arcgis9/ArcGIS_LM.log
  24. Pilih tab“Start/Stop/Reread”
  25. Jika sdh ada status tulisan “Using License File: C:\Program Files (x86)\ESRI\License\arcgis9\license.lic”\berarti udah OK, kalo mo diulang klik “Stop server”kemudian clik “Start server”mk akan muncul status sukses
  26. Click “ReRead License File”
  27. Pilih tab”Server Status” klik “Perform Status Enquiry”  Jika pada no.25,26,27 tdk berhasil berarti instal License Manager nya gagal, jika berhasil lanjut ke no.28
  28. Sekarang instal ArcGIS dekstop sampai selesai
  29. Klik” register later”
  30. Copy “data_interop\fme_license.dat” dari folder crack ke “C:/program files (x86)/ArcGIS /Data Interoperability Extension”
  31. Start “Desktop Administrator” dari All Programs/ArcGis/Desktop Administrator lakukan perubahan pada hal berikut:
  •  “Software Product”: pilih“ArcInfo (Floating)”
  • “License Manager”: ketik “localhost”
  • “Availability”: pilih “ArcInfo Desktop (Floating)
32. Restart komputer, dan selanjutnya klik ArcMap
Selamat Mencoba 
Sumber : http://dedyfajar.16mb.com