Capability Maturity Model Integration (CMMI) merupakan suatu model pendekatan dalam penilaian skala kematangan dan kemampuan sebuah organisasi perangkat lunak.
CMMI merupakan suatu pendekatan
perbaikan proses yang memberikan unsur-unsur penting proses efektif bagi
organisasi. Praktik-praktik terbaik CMMI dipublikasikan dalam dokumen-dokumen
yang disebut model, yang masing-masing ditujukan untuk berbagai bidang yang
berbeda. Bidang CMMI terbagi 2:
- Development (pengembangan)
Pada agustus 2006 CMMI ver 1.2 CMMI-DEV
(CMMI for Development) yang dirilis pada Agustus 2006 dan ditujukan untuk
proses pengembangan produk dan jasa
- Acquisition (akusisi)
CMMI-ACQ (CMMI for Acquisition) yang
dirilis pada November 2007 dan ditujukan untuk manajemen rantai suplai,
akuisisi, serta proses outsourcing di pemerintah dan industri.
Stage-stage dalam
CMII
Model CMMI menempatkan organisasi pada lima level proses
maturity yang memiliki indikasi kenyamanan dan kualitas produk. Lima level
tersebut adalah :
-
Maturity level 1 – Initialized
Pada ML1 ini proses
biasanya berbentuk ad hoc. Sukses pada level ini didasarkan pada kerja keras
dan kompetensi yang tinggi orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut
atau dapat juga dikatakan perusahaan ini belum menjalankan tujuan dan
sasaran yang telah didefinisikan oleh CMMI.
2. Maturity level 2 – Managed.
Pada ML2 ini sebuah
organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2.
Semua pekerjaan yang berhubungan dengan dengan proses-proses yang terjadi
saling menyesuaikan diri agar dapat diambil kebijakan. Setiap orang yang berada
pada proses ini dapat mengakses sumber daya yang cukup untuk mengerjakan tugas
masing-masing. Setiap orang terlibat aktif pada proses yang membutuhkan. Setiap
aktivitas dan hasil pekerjaan berupa memonitor, mengontrol, meninjau, serta mengevaluasi
untuk menjaga kekonsistenan pada deskripsi yang telah diberikan.
3. Maturity level 3 – Defined.
Pada ML3 ini sebuah
organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2 dan
Level 3. Proses dicirikan dengan terjadinya penyesuaian dari kumpulan proses
standar sebuah organisasi menurut pedoman-pedoman pada organisasi tersebut,
menyokong hasil kerja, mengukur, dan proses menambah informasi lain menjadi
milik organisasi.
4. Maturity level 4 – Quantitatively
Managed.
Pada ML4 ini, sebuah
organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada pada
Level 2, 3, dan 4. Proses yang terjadi dapat terkontrol dan ditambah
menggunakan ukuran-ukuran dan taksiran kuantitatif. Sasaran kuantitatif untuk
kualitas dan kinerja proses ditetapkan dam digunakan sebagai kreteria dalam
manajemen proses.
5. Maturity level 5 – Optimizing.
Pada ML5 ini suatu
organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada di Level
2, 3, 4, dan 5. ML5 fokus kepada peningkatan proses secara berkesinambungan
melalui inovasi teknologi.
Perbedaan
CMMI dengan ISO
Perbedaan
CMMI dan ISO terletak pada ketelitiannya. Bila kita ingin perusahaan kita
mendapat sertifikasi ISO, perusahaan kita harus memiliki Standard Operating
Procedure (SOP) yang tertulis. Kemudian kita harus membuktikan pada badan
sertifikasi bahwa SOP tersebut kita jalankan dengan baik. Apa saja yang kita
tulis dalam SOP bebas terserah kita. ISO tidak mengatur sampai ke tingkat itu.
Berbeda
dengan CMMI, selain kita punya SOP, dia punya aturan khusus tentang isi SOP.
Misalnya, kalau kita melakukan analisa kebutuhan (requirement gathering), ada
beberapa aturan yang harus diikuti, misalnya:
-
Pernyataan kebutuhan user harus dicatat
- Pernyataan kebutuhan harus dikonfirmasi ke user
- Kebutuhan harus disetujui kedua pihak
- Kalau ada perubahan, harus dicatat
- Antara kebutuhan dan software yang dideliver, harus bisa dilacak bolak-balik
Keuntungan CMMI
Beberapa keuntungan
yang diperoleh saat perusahaan menerapkan CMMI:
-
Penilaian studi kualitas (assessing) atas proses kematangan (maturity) terkini.
- Meningkatkan kualitas struktur organisasi dan pemrosesan dengan mengikuti pendekatan best-practice.
- Digunakan dalam proses uji-kinerja (benchmarking) dengan organisasi lainnya.
- Meningkatkan produktivitas dan menekan resiko proyek.
- Menekan resiko dalam pengembangan perangkat lunak.
- Meningkatkan kepuasan pelanggan.
- Mempunyai fitur-fitur yang bersifat institusional, yaitu komitmen, kemampuan untuk melakukan sesuatu, analisis dan pengukuran serta verifikasi implementasi.
- Tersedianya “Road Map” untuk peningkatan lebih lanjut.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar